Saat tiba nafas di ujung hela
Mata tinggi tak sanggup bicara
Mulut terkunci tanpa suara

Bila tiba saat berganti dunia
Alam yang sangat jauh berbeda
Siapakah kita menjawab semua
Pertanyaan

Bila nafas akhir terhenti sudah
Jantung hatipun tak berdaya
Hanya menangis tanpa suara
Ooo

Mati tak bisa untuk kau hindari
Tak mungkin bisa engkau lari
Ajalmu pasti menghampiri

Mati tinggal menunggu saat nanti
Kemana kita bisa lari
Kita pastikan mengalami
Mati

Mati tak bisa untuk kau hindari
Tak mungkin bisa engkau lari
Ajalmu pasti menghampiri

Mati tinggal menunggu saat nanti
Kemana kita bisa lari
Kita pastikan mengalami
Mati

Bila Tiba - Ungu (Ost. Sang Kiai)

"Masuk sini belajar elok-elok adik..."

"Baik mak..."

"Pilih kawan yang elok-elok. Jangan pilih kawan yang kaki ponteng kelas semua tu. Faham adik?"

"Faham pak..."

Setengah tahun hidup berjauhan tanpa pengawasan ibubapa, hidup di asrama semakin selesa. Jarang-jarang sekali pulang ke rumah untuk berjumpa orang tuanya. Mereka pula tiada mampu melawat selalu. Hidup orang susah memang begitu.

Selesai cuti, keputusan diketahui. Peperiksaan yang lalu apa terjadi?

"Maaf puan. Keputusan anak puan sangat tidak memberansangkan."

"Adik... Kenapa teruk sangat keputusan ni?"

"..."

"Cikgu... Ada sebab-sebab tertentu ke yang menyebabkan anak saya punya keputusan teruk sampai macam ni?"

"Encik, anak encik dalam kelas sentiasa tumpu perhatian. Tak banyak main. Tapi encik... Puan..."

"Dia ponteng kelas kan, cikgu?"

Tiada lagi dapat cikgu muda itu sembunyikan realiti sebenar.

"Ye encik... Beberapa minggu sebelum peperiksaan pertengahan tahun dia mula ponteng kelas."

"..."

Resah. Si anak muda kesayangan keluarga itu tidak senang duduk.

"Saya melihat semua ni berpunca daripada salah pilih kawan, puan. Sebab sebelum dia mula berkawan dengan kumpulan pelajar tertentu tu, keputusan ujian bulanan dia cukup memberansangkan."

"Adik, tak ingat ke mak pesan apa dulu?"

"..."

"Terima kasih cikgu. Kami minta diri dulu."


Ingatlah adik, ibu berpesan. Pilihlah kawan yang membawa seindah jalan. Jalan yang kekal indah buat selamanya. Bukan sekadar angin berlalu cuma.

I always fashioned myself as an example of positive thinking and acts. I always try to stay positive towards life. Because I believe, there is a silver lining with every storm cloud. There will always be a way to say... 

"I'm OK. Let's go on with our life." 

When I fall, I learn to pick myself up on my own.

When I fail, i looked back on my journey and proudly say...

"These are my tracks. My legacy. My past. My history. Nobody can take that away from me. And no one can have the same experience as I did."

Yes. That's me. All me. One particular, regular guy. 

It has been this way for quiet a long term. And I believe it will continue.

Until on one fine day, i fall and broke myself.

I can't pick myself up at that moment.

I can't barely stand.

My feet. I can't feel them.

Then,  I realized something important.

"I need a hand..."
"I need help..."

"I need someone beside me to help me rise from my fall."

At that moment, i feel so alone. 

My friends, please give me a hand. 

I need you to hold me at time of needs.

Do show me the way back.

Tell me where should I go at time of lost.

Point me to the light.

This darknest is killing me from the inside.

Dari Nu’man bin Basyir r.a., Rasulullah SAW bersabda,
“Perumpamaan persaudaraan kaum muslimin dalam cinta dan kasih sayang di antara mereka adalah seumpama satu tubuh. Apabila satu anggota tubuh sakit maka mengakibatkan seluruh tubuh menjadi demam dan tidak bisa tidur.”
(Hadis riwayat Muslim)